Teori perkembangan manusia menurut para ahli telah banyak bermunculan. Berikut teori-teori yang terpopuler dari para ahli :
1. Teori Charles Robert Darwin
Charles Robert Darwin |
Charles Robert Darwin (1809 - 1882) adalah seorang naturalis dan geologis
berkebangsaan Inggris. Ia dikenal sebagai seorang evolusionis karena
teorinya tentang asal usul dan perkembangan manusia di bumi atau yang
lebih dikenal sebagai teori evolusi. Bukunya yang menimbulkan
kontroversi, terutama bagi kaum agama dan cendikiawan, The Origin of Spesies,
yang terbit pada tahun 1859, di dalamnya ia menuliskan: “Saya
sepenuhnya yakin bahwa spesies tidak dapat bermutasi; tapi bahwasanya
spesies-spesies itu termasuk ke dalam generasi yang sama adalah
keturunan linear dari spesies tertentu lain yang secara umumnya sudah
punah, dan dengan cara yang sama diakui sebagai variasi dari spesies
masa lalu tersebut.” (1964 (1859): 27).
Dalam bukunya The Descent of Man yang terbit tahun 1871, walaupun Darwin tidak menyatakan secara langsung tentang asal usul manusia namun melalui teorinya, yang
menyatakan bahwa manusia berasal dari bentuk-bentuk yang bukan manusia,
telah jelas bahwa yang dimaksud Darwin sebagai nenek moyang manusia
adalah makhluk sejenis kera.
Evolusi
didefinisikan sebagai suatu perubahan atau perkembangan dari sederhana
menjadi kompleks dan membutuhkan waktu yang lama. Proses perubahan atau
perkembangannya dari satu tahap ke tahap lain. Menurut Saifuddin (2005)
dalam bukunya Antropologi Kontemporer, ia mengemukakan beberapa pokok
argumentasi Darwin:
Pertama,
Ia menyaksikan bahwa organisme itu bervariasi, bahkan ciri yang sangat
dekat sekali pun akan berbeda pada tingkat atau batas tertentu.
Kedua,
Meski ia beranggapan bahwa variasi disebabkan oleh perubahan, ia
berpendapat bahwa variasi benar-benar mengandung konsekuensi penting
karena memengaruhi kesesuaian (fitness) antara individu dan lingkungan
lokalnya. Sebagian individu yang beruntung mungkin menyimpang dari norma
sedemikian sehingga menbantunya untuk tetap hidup dan bereproduksi.
Ketiga,
Ia mensinyalir bahwa apabila organisme benar-benar bereproduksi,
organisme cenderung mewariskan ciri apapun yang mereka miliki kepada
keturunannya.
Darwin
menyimpulkan bahwa jika ketiga pengamatan di atas sahih, maka ciri-ciri
yang disukai alam akan lebih umum ditemukan pada generasi-generasi
ketimbang ciri yang tidak disukai alam. Ciri-ciri yang tidak disukai
alam akan hilang. Organisme akan beradaptasi dengan baik terhadap
lingkungannya karena varian yang sukara beradaptasi akan meninggalkan
sedikit keturunan, dan ciri-ciri mereka akan hilang. (Saifuddin: 2005).
Hal inilah yang disebut dengan seleksi alam. Menurut Darwin, evolusi
merupakan akibat dari seleksi alam.
Athur Schopenhauer |
2.Teori Nativisme
Pelopor teori ini adalah Athur Schopenhauer. Teori ini menyatakan bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh nativus atau faktor-faktor bawaan manusia sejak dilahirkan. Teori ini menegaskan bahwa manusia memiliki sifat-sifat tertentu sejak dilahirkan yang mempengaruhi
dan menentukan keadaan individu yang bersangkutan. Faktor lingkungan
dan pendidikan diabaikan dan dikatakan tidak berpengaruh terhadap
perkembangan manusia.
Teori ini memiliki pandangan seolah-olah sifat-sifat manusia tidak bisa diubah karena telah ditentukan oleh sifat –sifat turunannya. Bila dari keturunan baik maka akan
baik dan bila dari keturunan jahat maka akan menjadi jahat. Jadi sifat
manusia bersifat permanen tidak bisa diubah. Teori ini memandang
pendidikan sebagai suatu yang pesimistis serta mendeskreditkan golongan
manusia yang “kebetulan” memiliki keturunan yang tidak baik.
Jhon Locke |
3.Teori empirisme
Berbeda dengan teori sebelumnya, teori ini memandang bahwa perkembangan individu dipengaruhi dan ditentukan oleh pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama perkembangan mulai dari lahir hingga dewasa. Teori ini memandang bahwa pengalaman adalah termasuk pendidikan dan pergaulan. Penjelasan teori ini adalah manusia pada dasarnya merupakan kertas putih yang belum ada warna dan tulisannya akan menjadi apa nantinya manusia itu bergantung pada apa yang akan dituliskan.
Pandangan teori ini lebih optimistik terhadap pendidikan, bahkan pendidikan adalah termasuk faktor penting untuk menenukan perkembangan manusia. Teori ini dipolopori oleh Jhon Locke.
Berbeda dengan teori sebelumnya, teori ini memandang bahwa perkembangan individu dipengaruhi dan ditentukan oleh pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama perkembangan mulai dari lahir hingga dewasa. Teori ini memandang bahwa pengalaman adalah termasuk pendidikan dan pergaulan. Penjelasan teori ini adalah manusia pada dasarnya merupakan kertas putih yang belum ada warna dan tulisannya akan menjadi apa nantinya manusia itu bergantung pada apa yang akan dituliskan.
Pandangan teori ini lebih optimistik terhadap pendidikan, bahkan pendidikan adalah termasuk faktor penting untuk menenukan perkembangan manusia. Teori ini dipolopori oleh Jhon Locke.
William Stern |
4.Teori Konvergensi
Teori ini merupakan gabungan dari kedua teori di atas yang menyatakan bahwa pembawaan dan pengalaman memiliki peranan dalam mempengaruhi dan menentukan perkembangan individu. Asumsi teori ini berdasar eksperimen dari William Stern terhadap dua anak kembar. Anak kembar memiliki sifat keturunan yang sama, namun setelah dipisahkan dalam lingkungan yang berbeda anak kembar tersebut ternyata memiliki sifat yang berbeda. Dari sinilah maka teori ini menyimpulkan bahwa sifat keturunan atau pembawaan bukanlah faktor mayor yang menentukan perkembangan individu tapi turut juga disokong oleh faktor lingkungan.
Faktor pembawaan manusia dalam teori ini disebut sebagai faktor endogen yang meliputi faktor kejasmanian seperti kulit putih, rambut keriting, rambut warna hitam. Selain faktor kejasmanian faktor ada juga faktor pembawaan psikologis yang disebut dengan temperamen. Temperamen berbeda dengan karakter atau watak. Karakter atau watak adalah keseluruhan ari sifat manusia yang namapak dalam perilaku sehari-hari sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan dan bersifat tidak konstan. Jika watak atau karakter bersifat tidak konstan maka temperamen bersifat konstan. Selain temperamen dan sifat jasmani, faktor endogen lainnya yang ada pada diri manusia adalah faktor bakat (aptitude). Aptitude adalah potensi-potensi yang memungkinkan individu berkembang ke satu arah.
Untuk faktor lingkungan yang dimaksud dalam teori ini disebut sebagai faktor eksogen yaitu faktor yang datang dari luar diri manusia berupa pengalaman, alam sekitar, pendidikan dan sebagainya yang populer disebut sebagai milieu. Perbedaan antara lingkungan dengan pendidikan adalah terletak pada keaktifan proses yang dijalankan. Bila lingkungan bersifat pasif tidak memaksa bergantung pada individu apakah mau menggunakan kesempatan dan manfaat yang ada atau tidak. Sedangkan pendidikan bersifat aktif dan sistematis serta dijalankan penuh kesadaran.
Teori ini merupakan gabungan dari kedua teori di atas yang menyatakan bahwa pembawaan dan pengalaman memiliki peranan dalam mempengaruhi dan menentukan perkembangan individu. Asumsi teori ini berdasar eksperimen dari William Stern terhadap dua anak kembar. Anak kembar memiliki sifat keturunan yang sama, namun setelah dipisahkan dalam lingkungan yang berbeda anak kembar tersebut ternyata memiliki sifat yang berbeda. Dari sinilah maka teori ini menyimpulkan bahwa sifat keturunan atau pembawaan bukanlah faktor mayor yang menentukan perkembangan individu tapi turut juga disokong oleh faktor lingkungan.
Faktor pembawaan manusia dalam teori ini disebut sebagai faktor endogen yang meliputi faktor kejasmanian seperti kulit putih, rambut keriting, rambut warna hitam. Selain faktor kejasmanian faktor ada juga faktor pembawaan psikologis yang disebut dengan temperamen. Temperamen berbeda dengan karakter atau watak. Karakter atau watak adalah keseluruhan ari sifat manusia yang namapak dalam perilaku sehari-hari sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan dan bersifat tidak konstan. Jika watak atau karakter bersifat tidak konstan maka temperamen bersifat konstan. Selain temperamen dan sifat jasmani, faktor endogen lainnya yang ada pada diri manusia adalah faktor bakat (aptitude). Aptitude adalah potensi-potensi yang memungkinkan individu berkembang ke satu arah.
Untuk faktor lingkungan yang dimaksud dalam teori ini disebut sebagai faktor eksogen yaitu faktor yang datang dari luar diri manusia berupa pengalaman, alam sekitar, pendidikan dan sebagainya yang populer disebut sebagai milieu. Perbedaan antara lingkungan dengan pendidikan adalah terletak pada keaktifan proses yang dijalankan. Bila lingkungan bersifat pasif tidak memaksa bergantung pada individu apakah mau menggunakan kesempatan dan manfaat yang ada atau tidak. Sedangkan pendidikan bersifat aktif dan sistematis serta dijalankan penuh kesadaran.