Istilah redoks berasal dari dua konsep, yaitu reduksi dan oksidasi. Ia dapat dijelaskan dengan mudah sebagai berikut:
- Oksidasi menjelaskan pelepasan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion.
- Reduksi menjelaskan penambahan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion.
Pada awalnya konsep reduksi dan oksidasi
(redoks) terbatas pada reaksi yang melibatkan pelepasan dan pengikatan
oksigen. Reaksi okseidasi merupakan reaksi pengikatan oksigen oleh suatu
zat.
Contoh:
C(s) + O2(g) → CO2(g)
H2(g) + O2(g) → H2O(l)
2Cu(s) + O2(g) → 2CuO(s)
Reaksi reduksi merupakan reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat.
Contoh:
HgO(s) → Hg(l) + O2(g)
FeO(s) + CO(g) → Fe(s) + CO2(g)
Tinjauan reaksi reduksi dan oksidasi
berdasarkan pengikatan dan pelepasan oksigen ternyata kurang universal
(luas) karena reaksi kimia tidak hanya melibatkan oksigen saja.
Misalnya, reaksi kimia antara gas klorin dan logam natrium membentuk
natrium klorida.
Na(s) + ½Cl2(g) → NaCl(s)
Konsep reaksi reduksi dan oksidasi
selanjutnya dijelaskan dengan menggunakan konsep perpindahan (transfer)
elektron. Oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron, sedangkan reduksi
adalah reaksi pengikatan elektron. Dengan menggunakan konsep tersebut,
maka dapat dijelaskan terjadinya reaksi oksidasi dan reaksi reduksi pada
reaksi antara gas klorin dengan logam natrium sebagai berikut.
Na(s) + ½ Cl2(g) → NaCl(s)
Dalam reaksi itu terdapat 2 peristiwa, yaitu:
Na(s) → NA+(s) + e- ……… (oksidasi)
½ Cl2 + e- → Cl- ……… (reduksi)
Berdasrkan konsep tersebut dapat dinyatakan bahwa peristiwa reaksi oksidasi reduksi terjadi secara bersamaan.
Reaksi transfer elektron terjadi pada
senyawa-senyawa yang berikatan ion. Ion positif terbentuk karena suatu
atom melepas elektronnya, sedangkan ion negatif terbentuk karena suatu
atom mengikat elektron. Oleh karena itu, konsep reaksi redoks yang
didasrkan pada perpindahan (transfer) elektron cukup memuaskan untuk
menjelaskan reaksi-reaksi pembentukkan senyawa ion.
Bilangan Oksidasi dan Reaksi Redoks
Konsep reaksi redoks yang lebih universal
untuk menjelaskan reaksi yang melibatkan senyawa kovalen adalah konsep
reaksi redoks berdasarkan perubahan bilangan oksidasi.
Reaksi redoks yang sukar dijelaskan
dengan konsep oksigen dan konsep elektron dapat dengan mudah dijelaskan
menggunakan konsep bilangan oksidai.
Bilangan oksidasi
Bilangan oksidasi atau tingkat oksidasi
suatu unsur merupakan bilangan bulat positif atau negatif yang diberikan
kepada suatu unsur dalam membentuk senyawa. Bilangan oksidasi suatu
unsur ditentukan dengan memeperhatikan hal-hal berikut.
a) Senyawa ion
Bilangan oksidasi unsur pada ion monoatomik merupakan muatan riil dari ion-ion senyawa tersebut.
Contoh:
Senyawa NaCl, terbentuk dari ion Na+ dan
Cl-, maka bilangan oksidasi atom Na dalam NaCl adalah +1, dan bilangan
oksidasi Cl adalah -1.
b) Senyawa kovalen
Hal yang perlu diperhatikan pada
penentuan bilangan oksidasi dalam senyawa kovalen adalah harga skala
keelektronegatifan dari masing-masing atom penyusunnya.
Atom-atom unsur yang mempunyai harga
skala keelektronegatifan lebih tinggi menunjukkan bahwa daya tarik atom
tersebut terhadap pasangan elektron ikatan lebih kuat. Oleh karena lebih
kuat menarik pasangan elektron, maka seakan-akan menjadi bermuatan
negatif, dan karena itu bilangan oksidasinya diberi angka negatif.
Atom-atom yang mempnyai harga keelektronegatifan lebih rendah diberi
bilangan oksidasi positif.
Contoh:
Senyawa HCl terbentuk dari atom hidrogen
(keelektronegatifan H = 2,0) dan atom klorin (keelektronegatifan Cl =
3,0) dengan menggunakan pasangan elektron bersama. Pasangan elektron
bersama ini lebih tertarik kepada atom Cl, maka atom klorin diberi
bilangan oksidasi -1, sedangkan atom hidrogen diberi bilangan oksidasi
+1.
Penentuan bilangan oksidasi
Untuk menentukan bilangan oksidasi suatau atom dalam suatu senyawa dapat dipergunakan beberapa ketentuan berikut ini.
1. Bilangan oksidasi unsur bebas (tidak bersenyawa) adalah 0 (nol).
2. Jumlah aljabar bilangan oksidasi seluruh atom-atom dalam suatu senyawa adalah 0 (nol).
3. Jumlah aljabar bilangan oksidasi seluruh atom-atom dalam suatu ion poliatomik sama dengan muatan ion tersebut.
4. Unsur-unsur tertentu dalam membentuk senyawa mempunyai bilangan oksidasi tertentu, misalnya:
- Atom-atom golongan IA (Li, Na, K, Rb, Cs, dan Fr) dalam senyawa mempunyai bilangan oksidasi +1.
- Atom-atom golongan IIA (Be, Mg, Ca, Sr, dan Ba) dalam senyawa mempunyai bilangan oksidasi +2.
- Atom-atom golongan IIIA (B, Al, dan Ga) dalam senyawa mempunyai bilangan oksidasi +3.
- Atom hidrogen (H) dalam senyawa umumnya mempunyai bilangan oksidasi +1, kecuali dalam hidrida logam. Hidrida logam adalah senyawa yang terbentuk dari unsur logam dan hidrogen. Pada hidrida logam, seperti LiH, NaH, CaH2, MgH2, dan AlH3, atom hidrogen diberi bilangan ksidasi -1.
- Atom oksigen (O) di dalam senyawa umumnya mempunyai bilangan oksidasi -2, kecuali pada senyawa peroksida dan OF2.
Pada peroksida, seperti H2O2, Na2O, dan
BaO, atom oksigen diberi bilangan oksidasi -1, sedangkan pada OF2 diberi
bilangan oksidasi +2
Konsep reaksi redoks berdasarkan bilangan oksidasi
Dengan menggunakan konsep bilangan
oksidasi, maka suatu reaksi yang rumit dapat diketahui zat mana yang
mengalami reduksi dan oksidasi.
Contoh:
Reaksi : CuO(s) + H2(g) → Cu(s) + H2O(g)
Menurut konsep oksigen pada reaksi diatas, terdapat dua reaksi, yaitu:
Reaksi reduksi : CuO → Cu
Reaksi oksidasi : H2 → H2O
Bila dihitung bilangan oksidasinya, maka
Reaksi reduksi : CuO → Cu
(Bilangan oksidasi Cu pada CuO = +2 dan pada Cu = 0)
Reaksi oksidasi : H2 → H2O
(Bilangan oksidasi H pada H2 = 0 dan pada H2O = +1)
Dari contoh reaksi tersebut dapat disimpulkan bahwa:
Reaksi oksidasi adalah reaksi yang
disertai dengan kenaikan bilangan oksidasi. Reaksi reduksi adalah reaksi
yang disertai dengan penurunan bilangan oksidasi. Reaksi oksidasi dan
reaksi reduksi umumnya terjadi secara bersamaan dalam satu reaksi, maka
kemudian disebut reaksi redoks.
Pengoksidasi dan Pereduksi
Dalam reaksi redoks terdapat zat-zat yang
bertindak sebagai pereduksi (reduktor) dan pengoksidasi (oksidator).
Pereduksi atau reduktor adalah zat yang dalam reaksi redoks tersebut
menyebabkan zat lain mengalami reduksi. Dalam hal ini pereduksi
mengalami oksidasi. Pengoksidasi atau oksidator adalah zat yang dalam
reaksi redoks tersebut menyebabkan zat lain mengalami oksidasi. Dalam
hal ini pengoksidasi mengalami reduksi.
Dalam reaksi di atas, Fe bertindak
sebagai pereduksi dan HCl sebagai pengoksidasi, sedangkan FeCl2
merupakan hasil oksidasi dan gas H2 hasil reduksi. Atom klorin dalam
reaksi ini tidak mengalami oksidasi maupun redukasi.
Apabila dalam reaksi tersebut zat mengoksidasi atau meredukasi dirinya sendiri maka peristiwanya disebut reaksi otoredoksi
Tata Nama Senyawa
Salah satu manfaat bilangan oksidasi
adalah untuk memberikan nama suatu senyawa yang bisa membentuk beberapa
senyawa dengan unsur lain. Sebagai contoh, besi dapat membentuk dua
macam senyawa dengan oksigen, yaitu FeO dan Fe2O3. Untuk pemberian nama
kedua senyawa tersebut kakan mengalami kesulitan bila tidak
memperhatikan bilangan oksidasinya, sebab keduanya merupakan senyawa
yang bernama oksida. Untuk mengatasi hal tersebut bilangan oksidasi besi
dicantumkan dalam pemberian nama sehingga mudah dibedakan. Kedua nama
senyawa tersebut, yaitu:
FeO : besi (II) oksida
Fe2O3 : besi (III) oksida
Jadi untuk unsur logam yang dapat
membentuk senyawa dengan lebih dari satu bilangan oksidasi, maka pada
penamaan bilangan oksidasinya disertakan setelah nama logam tersebut dan
diletakkan dalam tanda kurung ().
perlu ilmu tingkat dewa utk mengerti materi ini.. :v
BalasHapushaha... asal ulet pasti bisa kok.. :)
Hapusiya.. semoga ane bisa ya.. soalnya ada di kisi-kisi UAS.
Hapusiya.. semoga uas nya lancar.. good luck :)
Hapusiya,. sama aku juga ada di UAS.
Hapusiya... makasih.
Hapuspusing pala baby.. :v
BalasHapushehe.. malah dangdutan,.. :)
Hapuskeren !!!
BalasHapusmakasih :)
Hapus